KISAH - 3 SOALAN UNTUK BAKAL ISTERI

Advertisement
Kisah tentang seorang pemuda soleh yang sedang mencari calun pendamping hidupnya. Meskipun belum pasti apakah ini kisah benar atau hanya cerita rekaan, namun semuga pengajaran yang terkandung di dalamnya dapat memberi manfaat kepada para muslimah terutama yang belum berkahwin lagi. Semuga kisah ini dapat menjadi sumber untuk renungan untuk sentiasa memperbaiki diri.


Ada seorang pemuda yang soleh, tampan, berpendidikan. Orangtuanya telah mengusulkan calun isteri untuknya, namun semuanya ditolak oleh pemuda itu. Setiap kali wanita yang dicadangkan untuknya, jawabannya yang diberikan hampir sama setiap kali, “Dia bukanlah orangnya!”

Pemuda itu menegaskan bahawa kriteria wanita yang diinginkannya adalah seorang muslimah yang taat menjalankan perintah agamanya (yakni solehah). Kemudian orangtuanya cuba memilih seorang wanita yang dirasakan memenuhi ciri-ciri yang dikehendaki oleh pemuda itu. Wanita yang dimaksud memang berpendidikan dan juga mempunyai rupa paras yang cantik.


Akhirnya wanita itu dipertemukan dengan pemuda soleh tersebut. Gadis tersebut banyak bertanya tentang perihal pemuda tersebut. Setiap soalan dijawab dengan ramah, sehingga wanita itu merasa gembira. Namun, gadis itu berharap respon pemuda itu untuk bertanya pula kepadanya.

Lalu, pemuda itu berkata, 
“Saya hanya ingin bertanya 3 soalan..,”
'Silakan..."
Jawab gadis tersebut

Pemuda,
“Siapakah yang paling saudari cintai hingga menyebabkan saudari mengingatinya setip masa dalam menjalani hidup didunia ini?”

Gadis itu terus menjawab, 
”Ibubapaku,”

Pemuda,
“Cuba ceritakan padaku, apa yang saudari fahami tentang pengajaran dari Al-Quran yang saudari baca?”

Gadis itu tersipu malu, dia tidak yakin untuk menjawab karena dia masih belum banyak lagi belajar tentang apa yang dibacanya dari Al Qur’an... Gadis itu terlalu sibuk dengan kerjayanya. Dia berjanji akan mempelajarinya nanti.

Lantas pemuda itu mengemukakan soalan yang terakhir,
“Saya telah bertemu dengan ramai gadis-gadis yang jauh lebih cantik dan pintar daripada saudari, Mengapa saya harus menikahi saudari?”

Mendengar pertanyaan ketiga ini, gadis itu merasa marah dan mengadukan perkara itu kepada ibubapa pemuda tersebut. Gadis itu mngatakan dia merasa terhina dengan soalan terakhir itu kerana merasakan pemuda itu tidak menghargai kecantikan yang dimilikinya.

Ibubapa gadis tersebut bertanyakan kepada anaknya mengapakah dia berbuat begitu ?.

Pemuda itu menerangkan kepada kedua ibubapanya tentang pertanyaan pertama dengan sebuah hadis, 
“Tidaklah dikatakan Muslim, hingga dia mencintai Allah dan RasulNya (shalallahu’alaihi wa sallam) melebihi siapapun di dunia ini”. Jika seorang wanita mencintai Allah dan Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) lebih dari siapapun, nanti pasti dia akan mencintaiku dan menghormatiku, dan tetap setia padaku, karena cinta yang dibina itu berlandaskan cinta kerana Allah, dan ketakutannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan pastinya kami akan dapat berkongsi cinta ini dengan keindahan karena ianya bukan kerana nafsu yang melihat keindahan dan kecantikan.

Mengenai soalan kedua, seorang yang sibuk mempelajari ilmu dunia sehingga tidak sempat untuk belajar Al Qur’an, adalah manusia yang mati hatinya daripada suluhan hidayah dan bimbingan Allah dan Rasul. selama 20 tahun
boleh berusaha untuk menguasai ilmu dunia namun tiada masa untuk mencari ilmu-ilmu Allah.., bagaimana saya boleh memperisterikan wanita yang tidak mengetahui hak-hak dan kewajibannya dalam menuntut ilmu, dan apakah yang akan dia ajarkannya nanti kepada anak-anak?. Isteri adalah madrasah (sekolah) dan guru terbaik buat anak-anak. Dan lagi tambahnya jika seorang wanita yang tidak memiliki waktu untuk Allah, pastinya nanti, jika dia sibuk dengan kerjayanya dia juga tidak akan dapat memberikan waktu untuk suaminya.

Pertanyaan ketiga, wanita itu marah tentang kecantikan dan kepintarannya... Pemuda itu membacakan sepotong hadis, 
“Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) mengatakan ‘Jangan marah, jangan marah, jangan marah’, bagaimana untuk menjadi isteri yang solehah jika kemarahan tidak dapat dikawal dan kemarahan itu datangnya dari syaitan. Jika seorang wanita tidak dapat mengawal kemarahannya dengan orang asing yang baru saja dia temui, apakah nanti dia akan dapat mengawal kemarahan kepada suaminya?

Kedua ibubapa pemuda itu memahami akan kesungguhan anak mereka untuk mencari isteri, bukan sekadar peneman hidup, malahan dia dia inginkan seorang isteri yang bakal menjadi pendidik kepada bakal anak-anak mereka dan ingin menjalani hidup dengan cinta dalam redha dan cinta Allah...  

Pengajaran yang dapat diambil dari kisah diatas adalah dalam sebuah pernikahan hendaknya mencari orang lebih mementingkan ilmu dan bukan memiliki kecantikan semata-mata. Memiliki ilmu agama lebih dari ilmu dunia. Mudah memaafkan dan tidak pemarah. Cinta dibina kerana kesolehan dan ketaatan kepada Allah, bukan kerana hanya nafsu yang melihat kecantikan luaran sahaja.



Biarlah pasangan itu adalah orang yang mencintai Allah S.W.T melebihi citan di atas segalanya yang ada di dunia ini, mencintai Rasulullah S.a.w melebihi mencintai manusia yang lain, Memiliki ilmu islam dan beramal dengan ilmu tersebut, dapat mengawal kemarahan, dan mudah diajak bermusyawarah atau berkomunikasi dengan baik.

Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Wanita dinikahi karena empat perkara, (pertama) karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang agamanya baik, jika tidak maka saudari akan tersungkur menjadi fakir”. (HR. Bukhori no. 5090, Muslim no. 1466)

semuga kisah diatas dapat memberi hikmah dan manfaat bagi kita semua. 

InsyaAllah.


0 Response to "KISAH - 3 SOALAN UNTUK BAKAL ISTERI"

Post a Comment